Indonesia memanfaatkan peluang ekspor ikan patin ke Saudi Arabia, untuk memenuhi kebutuhan haji dan umroh. Adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama dengan APCI (Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia), melakukan koordinasi dengan Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Perdagangan, melaksanakan “Launching Ekspor Perdana Patin Indonesia ke Kerajaan Saudi Arabia” pada 27 Mei 2019 di Instalasi Karantina Puspa Agro-Sidoarjo.
Selanjutnya, ikan patin akan diberangkatkan melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Kebutuhan pasokan patin untuk jamaah haji dan umroh Indonesia, diperkirakan mencapai 540 ton. Pada launching perdana ini, dikirimkan sekitar 3 kontainer (± 63 ton) yang selanjutnya akan dikirim secara bertahap. Saat ini pihak APCI telah menyiapkan pasokan sekitar 300 ton terdiri dari: cut portion 150 ton dan fillet 150 ton.
Langkah tersebut merupakan perwujudan lanjutan dari kerjasama KKP dengan APCI dan SMART-Fish Indonesia, meluncurkan branding “Indonesian Pangasius the Better Choice” pada pameran SEAFEX 2018 di Dubai-UEA, serta promosi lebih lanjut pada Expo 2018 dan Hajj and Umroh Exhibition 2019 di Jeddah.
Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) merupakan salah satu ikan yang banyak ditemukan di perairan umum seperti sungai, waduk, dan rawa. Karena pertumbuhannya cepat dan dapat dibudidayakan secara massal, ikan ini menguntungkan untuk dibudidayakan. Produksi patin Indonesia mengalami kenaikan sebesar 22,2% dari 319.966 ton pada tahun 2017 menjadi 391.151 ton pada tahun 2018
Sentra produksi utama ikan patin meliputi Jawa Timur (Kab. Tulungagung), Sumatera Utara (Kab. Serdang Bedagai), Riau (Kab. Kampar), Jambi (Kab. Batanghari, Kab. Muaro Jambi), Sumatera Selatan (Kab. Ogan Komering Ulu Timur, Kab. Banyuasin, Kab. Ogan Komering Ilir), Lampung (Kab. Lampung Selatan, Kab. Lampung Tengah, Kab. Pringsewu), dan Kalimantan Selatan (Kab. Banjar).
Pada tahun 2018 total impor catfish global meningkat dari 640,87 ribu ton menjadi 641,31 ton, dengan pasar utama Amerika Serikat dan China, dengan pangsa masing-masing sebesar 19,08% dan 18,97%.
Sedangkan Saudi Arabia diperkirakan hanya 0,7% (4.503 ton) atau turun 85% dibanding tahun 2017 (UN Comtrade, 2019). Penurunan impor patin Saudi Arabia disebabkan berkembangnya isu penyakit dan pencemaran di Sungai Mekong, sehingga Saudi Arabia melarang impor ikan (termasuk patin) dari Vietnam (SeafoodSource, 2018). Dan kini Indonesia mengambil kesempatan kebutuhan ikan patin di Saudi Arabia.