Menteri Kelautan dan Perikanan Eddy Prabowo pada 13 Desember 2019 meluncurkan Jaringan Inovasi Rumput Laut Tropis (TSIN) yang telah lama ditunggu-tunggu. TSIN adalah sebuah jaringan berbasis web virtual antara pusat penelitian dan pengembangan (R&D). TSIN menjadi platform bagi para peneliti dan pakar rumput laut untuk bekerja bersama membangun sinergi dan kolaborasi, dalam rangka pengembangan produk rumput laut dan membawa inovasi ke komunitas bisnis.
TSIN (www.seaweednetwork.id) adalah bagian dari Program SMART-Fish fase 1 (2014-2019) yang didanai SECO (Swiss), yang dilaksanakan bersama oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan UNIDO untuk meningkatkan daya saing industri rumput laut Indonesia. Dalam rantai nilai rumput laut, program ini mencakup 23 kabupaten di 8 provinsi di seluruh Indonesia.
Ketua Perwakilan SECO untuk Indonesia, Remy Duiven dan Perwakilan UNIDO untuk Indonesia dan Timor Leste, Esam Alqararah, bersama dengan dengan Menteri secara resmi meluncurkan TSIN bersamaan dengan perayaan Hari Ikan Nasional yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center. Lebih dari 1.000 orang dari seluruh Indonesia termasuk asosiasi perikanan dan rumput laut, hadir di acara itu.
Sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar di dunia, Indonesia memainkan peran penting di sekrot rumput laut. Rumput laut adalah salah satu komoditas laut potensial Indonesia, yang berkontribusi terhadap pendapatan dan pendapatan nasional bagi masyarakat lokal. Dalam beberapa tahun terakhir, produksi rumput laut Indonesia menduduki peringkat tertinggi dalam budidaya dibandingkan dengan produksi udang, kerapu, kakap, ikan mas, bandeng, nila, dan ikan lele (Sumber: KKP).
Namun dalam hal penelitian, pengembangan, dan inovasi rumput laut, Indonesia agak tertinggal dari negara lain. Inovasi, pengembangan produk, dan pengetahuan yang baik tentang tren pasar rumput laut, adalah hal utama agar bisa kompetitif di pasar global. Animo pembeli yang berubah cepat dan persyaratan konsumen untuk produk rumput laut, menimbulkan ancaman sekaligus peluang bagi industri rumput laut Indonesia.
Upaya publik dalam penelitian dan pengembangan rumput laut dan Inovasi di Indonesia, tersebar di berbagai lembaga penelitian dan universitas, dengan staf yang berkualitas. Meskipun ada kolaborasi antar lembaga, TSIN akan ikut meningkatkan interaksi antara lembaga-lembaga ini, dengan menggabungkan keahlian dan peralatan di bawah strategi yang lebih global.
Secara paralel, tampak bahwa interaksi penelitian publik dengan industri terbatas. Dan sebagian besar terfokus pada penyebaran transfer. Keterlibatan mitra industri juga dibutuhkan dalam strategi penelitian, karena akan bermanfaat untuk mengembangkan R&D dan inovasi yang digerakkan oleh pasar.
TSIN didirikan dengan dukungan penuh dari pemerintah, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Kelautan, Kementerian Riset dan Teknologi serta Kementerian Perindustrian. TSIN sekarang dikelola oleh KKP sebagai koordinator dan memiliki 27 anggota R&D di berbagai kementerian dan universitas, dengan lebih dari 150 ahli. Situs web TSIN berisi profil umum pusat R&D, layanan, pakar, dan keahlian mereka, produk yang dikembangkan, dan area fokus pekerjaan mereka.